Liputan6.com, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah yakin bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 2023 di kisaran 5,3% pada 2023 dan 5,2% pada 2024. Hal ini karena kondisi fundamental yang cukup baik sampai dengan kuartal III 2023 kemarin.
Namun memang, pemerintah tetap mewaspadai berbagai risiko yang menghadang terutama faktor eksternal. Airlangga menjelaskan, ketidakpastian ekonomi global masih cukup besar. Mulai dari risiko pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melemah, harga komoditas yang volatile, geopolitik perang Ukraina-Rusia dan konflik Palestina-Israel.
Selain itu, ancaman El Nino dan perubahan iklim, risiko debt-distress, kontraksi PMI Manufaktur global, serta meningkatnya harga minyak dunia juga menjadi kekhawatiran. “Pertumbuhan ekonomi global masih lemah dan melambat serta tidak merata, tahun 2023 diperkirakan hanya tumbuh 2,9% dan tahun 2024 menurun ke 2,8%,” kata Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis, Sabtu (21/10/2023).
Kondisi perlambatan ekonomi global ini akan meningkatkan risiko terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV 2023. Untuk 2024, peningkatan risiko global diperkirakan juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan mampu mencapai 5,2%.
“Perlambatan ekonomi dunia dan berbagai risiko serta ketidakpastian global, berpotensi akan meningkatkan risiko bagi pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV 2023 dan di tahun 2024,” ungkap Airlangga Hartarto.
Namun sejauh ini, Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang baik, sebab pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu mencatatkan angka di atas 5% selama tujuh kuartal berturut-turut. Inflasi Indonesia pada September 2023 mampu terjaga di level 2,28% (yoy) dan menjadi yang terendah sejak Februari 2022.
PMI Manufaktur masih terus di level ekspansif, optimisme masyarakat dari sisi IKK masih cukup tinggi, dan Indeks Penjualan Riil yang masih tumbuh positif, serta Neraca Perdagangan pada September 2023 yang masih surplus sebesar USD3,42 miliar, melanjutkan surplus selama 41 bulan berturut-turut.