Tingkat Sadar Risiko Masyarakat Indonesia Masih Rendah, Ini Buktinya

CEO dan Founder Think Policy, Andhyta F. Utami atau biasa dipanggil Afu, salah satu pembawa materi dalam acara talk show ini juga ikut berpendapat mengenai budaya sadar risiko.

Dia beranggapan bahwa untuk menjadikan Indonesia negara yang penuh sadar risiko, perlu masyarakatnya yang memiliki kebiasaan yang baik dan sejahtera.

“Bisa jadi indonesia untuk jadi sadar risiko, ini secara langsung berkorelasi langsung dengan konteks masyarakat yang well being dulu. Orang Indonesia memutuskan kehidupan beberapa masih dengan pola pikir ‘gimana nanti?’, misal nikah, beli rumah, dilakuin dulu, sedang risiko pemikiran jangka panjangnya itu kurang,” bubuh Afu.

Di dalam acara ini, Afu membeberkan tiga tantangan yang menjadi concern utama dari keadaan dunia saat ini, yakni krisis iklim, risiko majunya teknologi digital, dan sosial ekuitas.

Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia Hari Prasetiyo mengatakan bahwa banyak masyarakat yang jahat justru lebih peduli terhadap risiko, sedang orang baik cenderung abai dengan risiko.”Kebanyakan orang Indonesia itu risk taker, gak peduli bagaimana risikonya yang penting tujuannya sampai. Misal penjahat justru mikir, melakukan kejahatan dapat sanksi 10 tahun tapi risiko ketahuannya kecil, makanya tetep dilakukan,” ujar Hari.

Fokus selanjutnya upaya-upaya mengurangi bahaya dari risiko yang ada. Dimas mengatakan mengurangi risiko adalah upaya mencari solusi rasional mengurangi akibat yang mungkin ada.

Oleh sebab itu, pihaknya pun bergerak sosialisasi konsep meminimalisasi risiko melalui penggunaan produk alternatif yang lebih rendah risiko baik bagi kesehatan, keselamatan, lingkungan, dan lainnya.

Contohnya inovasi mobil listrik, kantong belanja biodegradable, penggunaan produk tembakau alternatif seperti snus, vape, produk tembakau yang dipanaskan untuk menekan risiko kebiasaan merokok.

Dengan begitu masyarakat perlu mempunyai solusi untuk mengurangi risiko, jika itu memang kebiasaan tersebut sulit dihindari sepenuhnya.

“Misalnya dalam dunia investasi kita mengenal konsep “risk management”, untuk hal seperti ini,” kata Dimas.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *