Mengenai stok beras yang dikuasai oleh Bulog, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan jumlahnya sudah mencapai 1,7 juta ton. Angka ini akan bertambah pada November 2023 mendatang.
“Nah emang terus kita intervensi, tapi seperti tadi disampaikan bahwa stok beras sudah ada 1,7 juta (ton) di Bulog, akhir November (menjadi) 2 juta (ton). Tapi ini tidak bisa kita kerja sendiri-sendiri, masyarakat, pedagang, pemerintah harus semua pro rakyat, supaya apa? Harganya baik,” jelas dia.
Di sisi lain, Perum Bulog mengklaim realisasi impor beras atas kontrak 1,85 juta ton beras tinggal menyisakan sekitar 400 ribu ton. Saat ini sudah ada sekitar 1 juta ton beras impor yang telah masuk gudang Bulog, baik dalam bentuk cadangan beras pemerintah (CBP) maupun beras komersil.
Kepala Bagian Humas dan Kelembagaan Perum Bulog Tomi Wijaya mengatakan, saat ini masih ada sekitar 300-400 ribu ton beras impor lain yang masih dalam perjalanan. Sedangkan untuk 400 ribu ton sisa pun tidak bisa datang dalam satu waktu.
“Kan bertahap. Kemampuan di pihak importir juga terbatas. Jadi memang pas kok perhitungan kita, sesuai kebutuhan,” ujar Tomi kepada Liputan6.com, Rabu (4/10/2023).
Mengamini pernyataan Badan Pangan Nasional, Tomi menyebut stok beras yang ada saat ini sudah sangat mencukupi. Ia pun mengklaim harga beras sudah lebih terjaga, jika mengacu pada Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).
Meski stok beras mencukupi hingga akhir tahun, pemerintah tetap mengambil antisipasi dengan membuka peluang impor beras lagi. Presiden Jokowi bahkan menyiapkan beras impor dari China sebagai cadangan darurat. Hal ini diungkapkan langsung oleh Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso.
“Kalau memang dibutuhkan, Presiden akan menugaskan kembali kepada Bulog untuk 1 juta ton. Tapi, catatan ya 1 juta ton itu kita ambil dari China,” terangnya di Gedung Bulog, Gunung Malang, Klandasan Ilir, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Budi Waseso menambahkan, Pemerintah Indonesia melalui Presiden Jokowi bersama dengan Presiden China XI Jinping telah melakukan kontrak kerja sama untuk pengadaan beras sebanyak 1 juta ton tersebut.
“Jadi kalau ada penugasan 1 juta ton beras lagi, sudah pasti akan didatangkan dari China, karena China sudah siapkan 1 juta ton. Ini artinya kita tidak akan ambil beras dari Thailand, Myanmar atau Vietnam,” bebernya.
Produksi Beras Petani Merosot
Perkara sulitnya mencari beras ini ternyata diakui langsung oleh petani. Serikat Petani Indonesia (SPI) mengamini El Nino berdampak pada menurunnya jumlah produksi petani beras. Utamanya, karena sejumlah lahan yang tak mendapat suplai aliran irigasi.
Hal ini diungkap Sekretaris Umum DPP SPI Agus Ruli. Dia mencatat ada kenaikan dari produksi beras perhektarnya, tapi itu tidak bisa menutup perbandingan produksi beras dari lahan-lahan yang beralih.
“Kalau hasil produksi per hektarnya mengalami kenaikan dari 6 ton sampai 9 ton/ha. Tetapi secara luas hamparan berkurang karena jauh dari irigasi teknis banyak sawah yang di tanami selain padi,” kata dia kepada Liputan6.com, Rabu (4/10/2023).
Keterangan ini didapar Ruli dari petani di daerah Tuban, Jawa Timur. Dia mengatakan, imbas dari badai kering El Nino membuat areal irigasi berkurang. Alhasil, ada sejumlah petak sawah yang gagal panen hingga dialihkan untuk ditanami jenis tanaman lain.
“Iya, karena banyak areal pertanian yang tidak terjangkau irigasi banyak yan gagal atau beralih tanam lain,” ungkapnya.