Waspada, Keamanan Siber Indonesia Terendah ke-3 di Antara Negara G20

Liputan6.com, Jakarta Keamanan siber (cybersecurity) terus menjadi isu krusial yang dihadapi banyak perusahaan di Indonesia. Lemahnya sistem pengamanan yang dibangun membuat data-data vital perusahaan mudah sekali diretas. Bahkan baru-baru ini, salah satu lembaga jasa keuangan yang kena giliran jadi korban.

Merujuk data National Cyber Security Index (NCSI) 2022, skor indeks cyber security Indonesia sebesar 38,96 poin pada 2022 atau di peringkat ketiga terendah di antara negara G20. Selain merugikan konsumen, pelanggan dan informasi penting internal, pembobolan data sangatlah rawan meruntuhkan reputasi perusahaan.

“Kalau dulu, hacker ini tujuannya adalah mencari ketenaran, sekarang hacker fokus pada mencari uang dan menyebabkan kerugian di sisi perusahaan.” ujar Associate Director tim Advisory Services BDO in Indonesia Reza Aminy, dikutip Selasa (6/12/2023).

Peretasan Kerap Menimpa Perusahaan

Reza menjelaskan, kasus peretasan kerap menimpa perusahaan di bidang perbankan, e commerce, marketplace, telekomunikasi, asuransi, dan jasa keuangan di Indonesia. Kasus pembobolan ini selain membuat imej perusahaan goyah, juga rawan memicu guncangan keuangan internal.

Di tengah ancaman besar itu, menurut Reza, pemimpin perusahaan harus sadar dan tanggap dari segala potensi kejahatan siber. Langkah strategis yang tepat adalah melakukan pola-pola antisipasi sedini mungkin.

“Banyak perusahaan masih ragu-ragu dalam investasi cybersecurity. Apakah harus menunggu terjadi insiden dulu dan menanggung kerugian baru kemudian bersungguh-sungguh untuk menjaga keamanan informasi? Perusahaan yang melakukan investasi cybersecurity memperkecil risiko terjadinya insiden dibanding perusahaan yang tidak, dan jika terjadi, dampak kerugiannya lebih kecil dibanding perusahaan yang tidak,” ungkapnya.

“Data dari IBM tahun 2023 menyatakan bahwa rata-rata kerugian insiden di perusahaan yang tidak melakukan investasi cybersecurity hampir dua kali lipat dibandingkan dengan insiden yang dialami perusahaan yang berinvestasi. Belum lagi mengenai risiko reputasi yaitu tercorengnya citra perusahaan dan rasa malu yang ditanggung para pimpinan perusahaan,” lanjut Reza.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *