Pada surat yang ditujukan kepada Moeldoko tanggal 25 Agustus 2023, menjelaskan bahwa penyelenggaraan haji tahun 2023 meninggalkan beberapa catatan yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah, khususnya tentang pelayanan dan konsumsi jamaah haji yang selalu jadi masalah dan menjadi bahan pembicaraan di kalangan stakeholders sejak awal periode reformasi dan sepertinya memerlukan upaya yang ekstra untuk memperbaikinya.
Adapun, Kemenag mengatakan bahwa ada tiga jenis layanan utama untuk jamaah haji, yaitu layanan konsumsi sebanyak 17.280.000 paket selama ibadah haji (sekitar 41 hari), yaitu terdiri dari 10.200.000 paket di Makkah, 3.672.000 paket di Madinah, 3.204.000 paket di Mina, Muzdalifah, dan Arafah, serta 204.000 paket di Jeddah.
Sementara layanan transportasi diperlukan sekitar 3.377 armada yang melayani jamaah selama ibadah haji, baik antar kota dan layanan Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina).
“Seluruh pengadaan layanan ini dilakukan melalui tender di Saudi Arabia dan diselenggarakan oleh Kemenag. Peserta tender adalah perusahaan berbadan hukum Saudi Arabia,” katanya.
Hendra menambahkan, terdapat desakan dari Kemendagri dan Kementerian Koperasi & UKM untuk menggunakan produk Indonesia.
“Namun, kenyataannya di lapangan tidak lagi menjadi ketentuan yang bersifat mandatory. Mereka (perusahaan catering Saudi) tidak mematuhi ketentuan karena mereka menganggap penggunaan produk Indonesia ini lebih bersifat himbauan. Tidak tertulis baik berupa keputusan Dirjen atau dari Kemenag yang mengikat dan melibatkan peran UKM nasional,” jelasnya.
Direktur Utama PT Sarana Portal Indonesia (SPI), Ridwan Hamid mengatakan, bahwa PT SPI telah mengekspor sebanyak sepuluh kontainer tuna kaleng dan satu kontainer bumbu kuning. Produk-produk tersebut telah sampai di Jeddah, Saudi Arabia sebelum pelaksanaan haji 2023.