Liputan6.com, Jakarta Co-Founder Pluang, Claudia Kolonas meyakini bahwa inovasi teknologi digital seperti artificial intelligence (AI) sebaiknya tidak hanya dikonsumsi masyarakat Indonesia. Namun, perusahaan-perusahaan luar negeri yang mengedepankan AI, tetapi juga dapat mengambil peran kontribusi terhadap industri ini dan mengejar kemajuan sumber daya manusia.
Salah satu caranya dengan mulai berinvestasi di emiten saham berbagai perusahaan global dalam sektor teknologi yang berfokus terhadap perkembangan AI, yang dapat diakses dengan mudah secara digital lewat aplikasi investasi multi-aset, Pluang. Begitu pula dengan blockchain, teknologi revolusioner yang memiliki tingkat transparansi yang sangat tinggi.
Atas dasar ini, banyak generasi muda yang bersemangat dalam menumbuhkan aset untuk menciptakan kesejahteraan (wealth generation) dengan memilih untuk investasi dimulai dari aset kripto.
Walau aset kripto dinilai sangat volatile, semangat investasi generasi muda ini tetap terus berkembang dan mulai berani diversifikasi merambah ke aset investasi lainnya, seperti emas digital, reksa dana, serta saham dan juga indeks AS.
Hal itu disampaikan Claudia saat mengobrol bersama mantan menteri perdagangan yang juga seorang investor dan entrepreneur, Gita Wirjawan dalam podcast Endgame berjudul “Claudia Kolonas: Investment Myths, Finfluencers, and the AI Economy”.
Claudia percaya bahwa resiliensi dalam berinvestasi merupakan salah satu kunci utama keberhasilan dalam membangun kekayaan karena kita tidak dapat menjadi bijak jika tidak mengalami kejatuhan dalam berinvestasi.
Sebab, semakin besarnya kontribusi anak muda dalam investasi akan dapat menggerakkan ekonomi Indonesia agar bertumbuh lebih cepat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Pluang menawarkan masyarakat Indonesia agar dapat memulai perjalanan investasi mereka dengan mudah dan aman.
Claudia berbagi cerita di balik keputusannya bersama Richard Chua untuk mendirikan Pluang pada 2019. Sepulangnya dari studinya di Harvard Business School Amerika Serikat, Claudia melihat bahwa kesadaran berinvestasi di Indonesia masih tergolong rendah.
Berdasarkan situs Data Indonesia per Oktober 2023, hanya 4,3% dari seluruh 278,8 juta penduduk Indonesia yang sudah berinvestasi.
Padahal sebagian besar masyarakat di negeri ini telah memiliki akses ke internet yang semestinya dapat memberikan pengetahuan lebih banyak mengenai manfaat investasi.