Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mengungkapkan jika sumber pertumbuhan ekonomi nasional terutama berasal dari kuatnya permintaan domestik sejalan dengan kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Di mana, generasi Y atau milenial dan generasi Z (Gen Z) menjadi penopang.
Ini diungkapkan Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia (BI) Erwindo Kolopaking.
Dia mengatakan, konsumsi rumah tangga juga masih akan menjadi sumber utama produk domestik bruto (PDB) di Indonesia ke depannya.
Adapun pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2023 sebesar 4,94% (yoy), sehingga secara tahunan diperkirakan dalam kisaran 4,5-5,3% pada 2023 dan meningkat pada 2024.
Sedangkan konsumsi rumah tangga tumbuh 5,06 persen year on year (yoy) dan memiliki andil 62,62 persen ke PDB, di kuartal III 2023.
“Kita masih melihat konsumsi rumah tangga masih jadi penopang dan itu terutama dari konsumsi, di mana kemudian kaitannya dengan restoran, makanan minuman, dan kegiatan aktivitas ini bersumber dari Gen Y dan Gen Z, salah satu source pertumbuhan ekonomi saat ini,” ujar dia saat FGD dengan media di Raja Ampat, Papua Barat, akhir pekan kemarin.
Ditambah lagi, kata dia, para Generasi Y dan Z ini memiliki kemudahan mendapatkan pembiayaan. Bukan dari perbankan tetapi sektor keuangan non bank yang kian mudah. Sebagai contoh, fasilitas paylater.
“Itu yang membuat kemudian aktivitas ekoomi itu bergerak dan ke depan. Sebenarnya kita mau memastikan struktur income ini akan bisa terus mengenerate lapangan usaha di sektor ini juga bisa ikut menghasilkan,” jelas dia.
Namun, khusus konsumsi pemerintah diakui saat ini dalam kondisi negatif. Pemerintah baru akan melakukan pembauaran secara besar-besaran di akhir tahun yang bisa memicu konsumsi pemerintah naik di akhir tahun.
Selain konsumsi rumah tangga pertumbuhan juga seiring peningkatan investasi didukung pembangunan infrastruktur pemerintah di berbagai wilayah, termasuk di Ibu Kota Negara (IKN)Nusantara, di tengah konsumsi Pemerintah dan kinerja ekspor barang yang menurun karena melemahnya perekonomian global dan ketidakpastian yang semakin tinggi.
Secara spasial, pertumbuhan seluruh wilayah tetap kuat denganpertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua(Sulampua), Jawa, dan Kalimantan.