Liputan6.com, Jakarta Insiden ledakan terjadi di tungku smelter yang berlokasi di kawasan industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Minggu (24/12/2023).
Tungku Smelter di pabrik pengolahan nikel tersebut dilaporkan meledak sekitar pukul 05.30 WITA, menimbulkan 13 korban tewas. Terdiri atas 9 pekerja Indonesia dan 4 pekerja asal China. Sementara korban luka-luka mencapai 46 orang.
Tungku smelter meledak tersebut diketahui milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS). Lantas, PT ITSS ini milik siapa?
Mengutip catatan Minerba One Data Indonesia (MODI), Senin (25/12/2023), PT ITSS dimiliki 4 perusahaan asal China dan 1 pemegang saham dari Indonesia. Porsi terbesar dikuasai oleh Tsingshan Holding Group asal Tiongkok, yakni 50 persen.
Tsingshan Holding Group merupakan perusahaan swasta China yang bergerak di industri baja dan nikel. Mengutip laporan Kementerian Perindustrian, kinerja grup usaha tersebut di Morowali menghasilkan stainless steel hingga 3 juta ton, 2 juta ton nickel pig iron (NPI), dan 3,5 juta ton carbon steel per tahun.
Produk stainless steel sebesar 3 juta ton tersebut berasal PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry (GCNS) 1 juta ton, ITSS 1 juta ton dan PT Sulawesi Mining Investment (SMI) produksi 1 juta ton. Ketiganya merupakan bagian dari Tsingshan Group.
Adapun porsi terbesar kepemilikan kedua di ITSS juga dikuasai perusahaan China, yakni Ruipu Technology Group dengan 20 persen. Diikuti Tsingtuo Group Co Ltd dan Hanwa Company Limited, masing-masing 10 persen.
Sementara 10 persen kepemilikan PT ITSS dipegang oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park, yang juga merupakan pengelola kawasan industri IMIP. Dalam susunan pengurus, PT ITSS memiliki 5 direksi dan 4 komisaris. Wu Huadi tercatat sebagai Presiden Direktur dan dibantu oleh empat jajaran direktur lain. Sementara Xiang Binghe muncul sebagai Presiden Komisaris dengan bantuan tiga komisaris lainnya.