FAKTA: Warga Singapura Ogah Punya Anak Karena Biaya Hidup Tinggi

Tingginya biaya hidup di Singapura menyebabkan lebih banyak pasangan dengan dua penghasilan dan tanpa anak terkadang disebut sebagai Dinks, bahasa gaul untuk “Dual Income, No Kid.”

Hal ini juga disebabkan oleh perubahan pola pikir dan semakin banyak pasangan yang lebih memilih untuk mendahulukan karier mereka daripada menikah dan memiliki anak.

“Begitu wanita memiliki anak, mereka akan mengalami perlambatan dalam perkembangan karier mereka. Banyak dari mereka yang memutuskan untuk menunggu hingga mereka merasa aman dan stabil dalam pekerjaan mereka, sehingga tidak akan ada ancaman serius terhadap pendapatan mereka jika mereka mengambil cuti,” ujar Tan Poh Lin, peneliti senior di Institute of Policy Studies, Lee Kuan Yew School of Public Policy.

Menunda pernikahan berarti orang akan mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk mengejar pendidikan yang lebih tinggi, membuat beberapa orang menjadi lebih selektif dan memiliki ekspektasi yang lebih besar terhadap pasangan mereka di masa depan, kata Dass.

Pada tahun 2022, 36,2% penduduk berusia 25 tahun ke atas memiliki gelar sarjana, dibandingkan dengan 25,7% satu dekade yang lalu.

Namun, Dass menyoroti bahwa hal ini tidak selalu merupakan hal yang buruk karena semakin tinggi tingkat pendidikan dan melek huruf di kalangan perempuan, kemampuan mereka untuk masuk ke dunia kerja dan berkontribusi terhadap perekonomian juga meningkat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *