Oki mengatakan, pada sektor transportasi, Pertamina mendorong dekarbonisasi melalui pengembangan biofuel.
“Sektor transportasi berkontribusi 20%pada total emisi. Hal ini mendorong Pertamina mengembangkan biodiesel dengan target produksi 13 juta ton per tahun,” katanya.
Selain itu, Oki juga menyebut, Pertamina mengembangkan bioetanol di Surabaya dan DKI Jakarta dengan memanfaatkan sorgum.
“Selanjutnya, kami akan mengembangkannya dari bakau yang glukosanya diambil dari jenis bakau nipah,” sebutnya.
Oki menjelaskan, untuk mendorong EBT, Pertamina mengembangkan geothermal di enam wilayah. Dirinya menyebut, lokasinya tersebar di beberapa wilayah di Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.
“Tahun 2023, kapasitas operasional produksi geothermal ini mencapai 672,5 megawatt (MW) dan Pertamina Geothermal Energy (PGE) berencana menambah kapasitas tersebut menjadi 340 MW dalam dua tahun ke depan,” jelasnya.
Oki membeberkan, Pertamina tengah mengembangkan hidrogen di lima klaster.
“Klaster ini tersebar di Batam (Riau), kawasan selatan Pulau Sumatra, Kota Cilegon (Banten), Sulawesi Utara, dan area sepanjang Sumatra-Jawa,” bebernya.
“Kelimanya diproyeksikan memiliki potensi hidrogen sebesar 1,8 juta ton per tahun (Mtpa),” imbuh Oki.
Ia pun menekankan pentingnya kolaborasi, pengembangan teknologi dan dukungan regulasi untuk mencapai hal tersebut.
“Pengembangannya membutuhkan kolaborasi dengan mitra strategis serta insentif dari pemerintah. Hal ini untuk mendorong transfer teknologi, meminimalisir risiko dan membantu perusahaan untuk tumbuh,” ujarnya.