Liputan6.com, Jakarta- Kemajuan Infrastruktur Digital Publik (IDP) menjadi semakin krusial seiring berkembangnya ekonomi digital di Indonesia.
Laporan e-Conomy SEA 2022 yang disusun oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, menunjukkan bahwa nilai ekonomi digital Indonesia mencapai USD 77 miliar pada tahun 2022, dan diperkirakan akan mencapai USD 130 miliar pada tahun 2051.
Menurut Indonesia Digital Identity (VIDA), ada tiga hal penting yang menjadi pondasi utama infrastruktur digital yang disediakan bagi publik untuk akselerasi pengembangan ekonomi digital, yaitu sistem digital untuk mengidentifikasi identitas pengguna, proses pembayaran digital dan transaksi keuangan, serta pertukaran data atau informasi.
“Berbicara mengenai IDP, selain payment dan data sharing, identitas digital menjadi salah satu fundamen yang penting untuk kemajuan IDP dan ekonomi digital,” kata Sati Rasuanto, Co-founder & President VIDA, dalam keterangan resmi dikutip Jumat (1/12/2023).
“Identitas digital diperlukan guna memastikan bagaimana agar pemain yang masuk ke dalam ekosistem itu adalah pemain yang terpercaya, dimana terdapat standar verifikasi tertentu yang sama, aman, dan akurat bagi setiap orang,” ujarnya, dalam Visionary Talk – BFN IFS 2023 “Enabling Digital Public Infrastructure to Accelerate Fintech Innovations and Achiever Wider Outreach”.
Sati lebih lanjut mengatakan, optimalisasi IDP dapat mempercepat inovasi untuk mencapai jangkauan publik yang lebih luas. Hal tersebut karena, IDP didukung oleh standar atau spesifikasi terbuka yang dapat dioperasikan secara interoperable yang memungkinkan tata kelola transparan dan partisipatif untuk mendorong inovasi, inklusi, dan kompetisi dalam skala besar.
Selain itu, Infrastruktur Digital Publik juga mampu mengatasi tantangan geografis dan biaya transaksi, sehingga pertumbuhan dapat semakin kuat, inovatif, inklusif, berkelanjutan, serta mencapai jangkauan publik yang lebih luas.