Liputan6.com, Jakarta Dewan Pengurus Pusat Himpunan Profesi Tenaga Konstruksi (DPP Hiptasi) menggandeng Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) untuk mengatasi permasalahan tenaga konstruksi terserfikasi yang masih minim di Indonesia.
Diketahui, dari kebutuhan 12 juta pekerja kontruksi yang bekerja di sejumlah proyek infrastruktur di dalam negeri namun baru sekitar 720 ribu yang telah memiliki sertifikat kompetensi.
Ketua DPP Hiptasi Hengki Hamino mengungkapkan, pihaknya terus berupaya menekan kesenjangan minimnya tenaga konstruksi tersertifikasi lewat sejumlah langkah. Diantaranya dengan menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi yang memiliki jurusan Teknik Sipil dan Arsitektur.
“Lewat kerjasama ini, mahasiswa yang lulus, diharapkan telah memiliki kompetensi dan siap masuk ke dunia kerja,” kata Hengki, Kamis (30/11/2023).
Hengki menyebut idealnya tenaga kerja konstruksi yang tersertifikasi sekitar 80 persen dari kebutuhan. “Kita bisa siapkan 60 persen saja sudah sangat bagus. Mudah-mudahan lewat digitalisasi sertifikasi ini bisa dicapai,” ungkap dia.
Sementara Ketua Umum APTISI Budi memaparkan, saat ini tercatat ada 4.500 perguruan tinggi swasta di Indonesia, dimana sekitar 500 diantaranya memiliki program studi teknik sipil dan arsitektur.
Dengan jumlah lulusan sekitar 1 juta sarjana teknik sipil dan arsitektur setiap tahunnya, meningkatkan mutu dan kualitas sarjana teknik sipil dan arsitektur dinilai menjadi sebuah tantangan besar.
“Dari perguruan tinggi membuat suatu program dimana konsep kurikulum kita susun disesuaikan dengan uji kompetensi yang dikeluarkan LSP,” jelasnya.