Liputan6.com, Jakarta – Prajogo Pangestu menduduki peringkat pertama sebagai orang terkaya di Indonesia. Hal ini berdasarkan data dari Forbes Real Time Billionaires.
Posisi Prajogo Pangestu ini menggeser Low Tuck Kwong dan keluarga Hartono. Harta Prajogo Pangestu mencapai USD 38,7 miliar atau kurang lebih Rp 607 triliun (estimasi kurs rupiah 15.700 per dolar AS).
Sedangkan harga Low Tuck Kwong yang merupakan pemilik Bayan Resources tercatat USD 26,5 miliar. Kakak beradik R. Budi Hartono dan Michael Hartono yang merupakan pemilik Grup Djarum ini sebeesar USD 24,3 miliar dan USD 23,3 miliar.
Prajogo Pangestu diketahui memiliki beberapa perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain, PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), dan PT Gozco Plantation Tbk (GZCO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) yang baru saja debut pada Maret lalu.
PT Barito Pacific Tbk (BRPT) didirikan Prajogo Pangestu pada 1979. Perusahaan ini bergerak di industri kehutanan, petrokimia dan properti, perkebunan. Selain itu, Barito Pacific juga akan mengembangkan sejumlah lini usaha di antaranya tambang dan energi ke dalam sebuah perusahaan sumber daya yang terdiversifikasi.
Barito Pacific mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan nama PT Barito Pacific Timber Tbk pada 1993.
Namun, perusahaan tidak menggunakan nama “Timber” lagi pada 2007 dan menjadi PT Barito Pacific Tbk. Hal itu dilakukan untuk merefleksikan diversifikasi lini usaha Barito saat ini dan juga pertumbuhannya di masa mendatang.
Sebagaimana diketahui, Barito Pacific hanya memiliki lima pabrik pengolahan yang bersama-sama memproduksi plywood, blockboard, particle board, dan wood working product yang diekspor ke Asia, Eropa dan Amerika pada 1993.
Akan tetapi, dengan adanya hambatan iklim Indonesia pada 1990-an dan krisis keuangan di Asia membuat perusaahan berhenti memproduksi plywood.
Kemudian, perusahaan memperkecil fokusnya dengan hanya memproduksi particle board di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dan pada saat itu juga melakukan diversifikasi usaha ke bidang industri sumber daya lainnya.