Liputan6.com, Jakarta Program Peremajaan Sawit Rakyat merupakan salah satu Program Strategis Nasional Indonesia sebagai upaya Pemerintah untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit mandiri/pekebun rakyat, yang saat ini rata-rata menghasilkan 18-20 ton/hektar/tahun dengan produksi sampai umur tanaman melebihi 25 tahun.
Pendapatan yang diterima setiap petani program PSR mencapai Rp 4 juta/bulan. Jumlahnya terkait terhadap tingkat produktivitas perkebunan kelapa sawit dari program peremajaan yang telah ditanam selama 5 tahun, menghasilkan 22-23 ton TBS per hektar/tahun.
Meskipun program ini telah membawa dampak ekonomi yang positif, Direktur Eksekutif Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman, menyebut masih terdapat tantangan.
Salah satu masalah utamanya adalah kesenjangan finansial antara distribusi dana penanaman kembali dan fase produksi, yang membuat petani kecil enggan berpartisipasi.
“Tantangan lainnya termasuk perlunya revitalisasi infrastruktur, fluktuasi biaya pupuk dan pestisida, kelangkaan bibit legitim, dan kurangnyapengetahuan dalam praktik pertanian yang baik. Masalah waktu pengiriman dan komitmen juga menghambat kesuksesan program,” kata Eddy dalam 19th Indonesian Palm Oil Conference and 2024 Price Outlook, di BICC, The Westin Resort Nusa Dua Bali, Sabtu (4/11/2023).
Maka untuk mengatasi tantangan ini dan mempercepat program, beberapa strategi dan inovasi telah diperkenalkan. Langkah-langkah ini termasuk memperluas pasar terkait, meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak terkait, mengintegrasikan program dengan inisiatif terkait lainnya, memperbaiki infrastruktur, dan memperkuat proses verifikasi.
“Semua langkah ini bertujuan untuk menyederhanakan dan mempercepat proses penanaman kembali,” ujarnya.
Program PSR
Edy menegaskan, pentingnya program PSR tidak boleh diabaikan. Tanpa program ini, produktivitas perkebunan kelapa sawit diproyeksikan akan menurun secara serius. Penurunan produksi ini berpotensi merugikan industri minyak kelapa sawit.
“Pada tahun 2025, diperkirakan produksi CPO (Crude Palm Oil) hanya akan mencapai sekitar 44 juta metrik ton. Ini menekankan peran penting program ini dalam menjaga keberlanjutan industri tersebut,” pungkasnya.